Friday 30 June 2017

Arab Tak Berarti Habib (19): Alawi Itu Bukan Syiah, Bukan Sunni

Penulis : PROF. SUMANTO AL QURTUBY
Sumber : https://www.facebook.com/Bungmanto/posts/10158971398655523


Banyak kaum Muslim di Indonesia dan manca negara yang menganggap sekte Alawi di Suriah khususnya itu Syiah. Anggapan itu tidak benar. Atau, hanya "separuh benar" saja. Tidak benar benar benar.
Dari aspek teologi-keagamaan maupun sosial-kultural, Alawi berbeda dengan Syiah (juga Sunni). Dari aspek teologi, Alawi lebih dekat dengan Kristen karena sekte ini mengadopsi konsep "Trinitas" (Muhammad, Ali dan Salman al-Farisi). Dari aspek sosial-budaya, pengikut Alawi "lebih liberal" misalnya perempuan Alawi tidak berjilbab dan alkohol boleh dikonsumsi.
Persepsi bahwa Alawi itu bagian dari Syiah sebetulnya dibangun lantaran publik melihat hubungan dekat antara rezim Assad dan rezim Syiah Iran. Padahal, arus utama Syiah (yaitu Syiah Itsna Asyariyah atau Syiah Imamiyah atau Syiah Imam Dua Belas) dalam sejarahnya tidak pernah mengakui sekte Alawi sebagai bagian dari Syiah.
Baru pada 1974, seorang klerik kharismatik Syiah Libanon, Musa Sadr, untuk pertama kalinya mau mengakui Alawi adalah bagian dari Syiah. Meski Imam Musa Sadr mengakuinya, publik Syiah (termasuk kalangan elit agama dan kaum terdidik) tidak mudah untuk menerima ke-Syiah-an Alawi.
Jangankan kepada pengikut sekte Alawi yang konsep teologi-budayanya sangat ekstrim, kepada pengikut sekte Zaidiyah (Zaidi) atau Ismailyah (Ismaili) yang tidak ekstrim-ekstrim amat saja, Syiah mainstream enggan mengakuinya secara tulus-ikhlas. Jika pengikut Syiah saja enggan mengakui Alawi sebagai "bagian integral" mereka, apalagi pengikut Sunni yang dalam konsep teologi tidak ada mirip-miripnya sama sekali dengan Alawi.
Perlu juga dicatat, pengikut sekte Alawi adalah etnik Arab sementara Syiah Iran adalah etnik Persi. Dalam sejarah, sejak zaman bahula hingga dewasa ini, sulit untuk mengakurkan Arab-Persi ini meskipun mereka satu agama (Islam) dan satu kawasan (Timur Tengah). Anda mungkin lama mengenal "Teluk Persi" tapi itu tidak ada dalam "peta Arab" karena mereka menyebutnya "Teluk Arab" tidak mau disebut Teluk Persi. Selain itu, sekte Alawi sangat nasionalis terhadap Suriah yang dulu di zaman kolonial Perancis pernah mempunyai negara independen: Negara Alawi.
Memang dari segi kebahasaan, Alawi berarti "pengikut Ali bin Abi Thalib", sepupu sekaligus menantu Nabi Muhammad yang, melalui pernikahannya dengan putri beliau, Fatimah az-Zahra, melahirkan Hasan-Hussein dan keturunannya termasuk kaum asyraf dan sadah. Dari sini bisa diklaim sebagai "Syiah" karena kata "Syiah" itu juga berarti "kelompok /partai pembela / pengikut Ali".
Tetapi dari konsep teologi, sekte Alawi berbeda dengan arus utama Syiah karena pengikut Alawi tidak mengakui Imam ke-12. Menurut mereka, setelah Imam ke-11 wafat, yaitu Imam Hassan bin Ali al-Askari, imam ke-12-nya adalah Muhammad bin Nusair, bukan Muhammad bin Hassan yang dikenal dengan sebutan "Imam Mahdi". Muhammad bin Nusair (hidup pada abad ke-9 M) inilah pendiri sekte Alawi sehingga sekte ini juga dikenal dengan sebutan "Nusairisme". Muhammad bin Nusair inilah yang pada awalnya mengembangkan konsep teologi Alawi yang mengadopsi Trinitas Kristen sehingga ada dugaan kuat bahwa Alawi ini sebetulnya adalah "the lost Christianity" di Timur Tengah.
Seperti apa kisah selanjutnya? Bagaimana sejarah sekte Alawi ini? Kenapa pengikut Nusairisme itu dianggap sebagai "pengikut Nasara atau Nasrani"? Siapa saja para pentolan teolog dan tokoh agamanya yang mengembangkan sekte Alawi ini? (bersambung).
Baca juga : 

Arab Tak Berarti Habib (18): Sekte Alawi di Suriah


No comments:

Post a Comment

Perang Melawan ISIS dan Terorisme

Penulis : PROF. SUMANTO AL QURTUBY Sumber :  http://news.liputan6.com/read/3004571/perang-melawan-isis-dan-terorisme?source=search Liput...