Monday 12 June 2017

Surga Itu Ajaran Hindu (2)

Oleh : PROF. SUMANTO AL QURTUBY
Sumber : https://www.facebook.com/Bungmanto/posts/10158494227300523

Seperti saya katakan pada "kuliah virtual" sebelumnya, kata "surga-neraka" dalam Bahasa Indonesia (yang merupakan terjemahan dari Bahasa Arab klasik dalam Al-Qur'an: "jannah" dan "nar") itu sebetulnya diadopsi dari Bahasa Sanskrit "svarga-naraka" yang merupakan salah satu dari sekian banyak konsep eskatologi-kegamaan dalam agama-agama India kuno, khususnya Hindu (Hinduisme) tetapi juga Jain (Jainisme) dan Budha (Budhisme).
Menarik untuk dicatat, dalam tradisi Hindu, Budha, dan Jain juga mengenal kata "jhana" (dalam Bahasa Pali) atau "dhyana" (Sanskrit) tetapi artinya sejenis meditasi untuk olah rasa dan pikiran supaya hati dan pikiran menjadi tenang dan damai. Ini tentu berbeda dengan kata "jannah" dalam Bahasa Arab klasik (fushah) yang merupakan metafor dari "taman luas yang indah dan aduhai".
Karena penasaran, saya cek terjemahan kata "jannah" (Arab) dalam Bahasa Urdu, Hindi, dan Bangla atau Bengali ternyata kata "jannah" diartikan "jannat", bukan "svarga" atau "swarga" (Sanskrit). Hindi dan Urdu adalah dua bahasa nasional resmi negara India dan Pakistan yang merupakan rumpun bahasa Hindustani (Indo-Arya, yang juga rumpun Bahasa Bangla di Bangladesh) yang merupakan bahasa lingua franca yang dipakai di kawasan India Utara dan Pakistan.
Bahasa Hindustani ini adalah campuran bahasa Sanskrit, Persi, Arab, dan Chagatai (Bahasa Turki kuno yang banyak dipakai di daerah Asia Tengah). Jika Hindi lebih banyak diserap dari Sanskrit (dan Pali), maka Urdu banyak diambil dari Bahasa Persi dan Arab. Bahasa Sanskrit dan Pali sendiri sudah menjadi klasik dan hanya dipakai di acara ritual-ritual keagamaan. Nasib Bahasa Sanskrit dan Pali di India ini persis seperti Bahasa Arab klasik (fushah) di Tanah Arab.
Kenapa kata "jannah" (Arab) diartikan dengan "jannat" (dalam Hindi, Urdu, dan Bengali), bukan menjadi "svarga" (atau"swarga") atau "jhana" (dhyana)? Alasannya jelas: konsep eskatologi "jannah" dalam Islam itu beda dengan konsep "svarga" (swarga) atau "jhana" (dhyana) dalam tradisi Hindu, Budha, dan Jain. Menjadi menarik untuk ditelusuri dari mana kata "jannah" dalam Bahasa Arab klasik ini? Kenapa ada kemiripan dengan kata "jhana" dan "dhyana" dalam Bahasa Pali dan Sanskrit, meskipun makna dan penerapannya berbeda.
Oleh karena itu, menurutku sangat tidak tepat mengartikan atau menerjemahkan "jannah" dalam Al-Qur'an menjadi "surga" dalam Bahasa Indonesia. Ketidaktepatan itu karena pemahamn kata "svarga" dalam tradisi Hindu khususnya itu mengacu pada "tempat atau dunia transisi atau persinggahan sementara sebelum mencapai moksa atau mokhsa". Sementara dalam Islam, kata "jannah" itu seperti "sebuah taman rindang sebagai tempat ngumpul akhir umat manusia yang baik".
Dalam Bahasa Arab, ada sejumlah kata yang dipakai untuk menerangkan taman atau kebun ini yaitu: jannah (dengan "ta marbutah"), jannah (dengan "ha"), bustan, dan hadziqah. Kata "jannah" dengan "ta marbutah" sudah tidak dipakai lagi penggunaannya untuk mendiskripsikan "taman/kebun" dalam masyarakat Arab kontemporer.
Apakah hanya Islam saja yang punya konsep semacam "surga"? Jelas tidak. Ada banyak peradaban manusia di jagat raya ini yang mempunyai konsep semacam "surga" ini tentu saja dengan nama yang berbeda-beda. Selain Islam, Kristen dan Yahudi yang sudah populer, konsep semacam "surga" juga dikenal di masyarakat Mesir Kuno (namanya "Aaru"), masyarakat Norse di Jerman Kuno (namanya "Andlang"), masyarakat Malaynisia Fiji (namanya "Buroto"), masyarakat Yunani Kuno (namanya "Empyrean"), masyarakat Filipina Kuno ("Kaluwalhatian"), masyarakat Irlandia Kuno (namanya "Mag Mell"), Suku-suku Mizo di India Utara (namanya "Pialral"), dlsb (bersambung).

Baca juga : 

Surga-Neraka Itu Ajaran Hindu


No comments:

Post a Comment

Perang Melawan ISIS dan Terorisme

Penulis : PROF. SUMANTO AL QURTUBY Sumber :  http://news.liputan6.com/read/3004571/perang-melawan-isis-dan-terorisme?source=search Liput...